Minggu, 02 Juni 2013

contoh laporan KKN



LAPORAN PELAKSANAAN
KULIAH KERJA NYATA (KKN) NON REGUER
DI DESA GONDOSARI KECAMATAN GEBOG KABUPATEN KUDUS
TAHUN 2011

A.    REALITAS DAN DESKRIPSI LOKASI KKN
Desa Gondosari merupakan desa yang di kepalai oleh seorang Lurah. Desa Gondosari terletak di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.
Masyarakat Desa Gondosari mempunyai mata pencaharian yang beragam. Ada yang menjadi petani, baik petani sendiri maupun buruh tani, sopir truk,  bekerja di pabrik atau industri dan proyek bangunan, pemecah batu, penambang pasir, pegawai negeri serta ada yang berwiraswasta ataupun berdagang di pasar. Akan tetapi sebagian besar masyarakat Gondosari bekerja sebagai petani dan buruh pabrik.
Keberagamaan masyarakat
Keberagamaan para orang tua dan remaja warga Desa Gomdosari Kec. Gebog Kab. Kudus memiliki makna yang sangat penting dalam proses pembentukan kepribadian anak-anak dan genarasi muda seterusnya. Secara umum dan seluruh warga desa Gondosari merupakan warga muslim yang latar belakang Islamnya atas dasar keturunan, yakni memeluk agama Islam sejak lahir.

Jama’ah Yasinan malam ahad di rumah-rumah warga secara bergiliran
Jama’ah Berjanji malam senin di Masjid Jami’ Darussalam Gondosari
Jama’ah Sholat Fardhu di Masjid Jami’ Darussalam Gondosari
Pengajan tiap malam sabtu di Masjid Jami’ Darussalam Gondosari dengan mendatangkan K.H. Aniq dari Kudus.

Keadaan Sosial Budaya
Situasi sosial kultural masyarakat desa Gondosari dapat dilihat dari kebiasaan (adat), baik yang berkaitan dengan ritual keagamaan maupun tradisi lokal dari masyarakat tersebut, diantaranya:
a.       Selamatan orang yang telah meninggal
Tradisi ini dilakukan setiap ada orang meninggal dunia dan dilaksanakan oleh keluarga yang ditinggalkan, adapun waktu pelaksanaannya:
1)      Bertepatan dengan kematian yaitu dengan membaca tahlil
2)      Tiga hari setelah kematin
3)      Tujuh hari setelah kematian
4)      Empat puluh hari
5)      Seratus hari
6)      Seribu hari setelah kematian
b.      Upacara mitoni
Upacara di selenggarakan untuk memperingati usia kehamilan yang sudah menginjak tujuh bulan, dengan harapan agar si bayi mendapatkan berkah dari Allah SWT, menjadi anak yang sholih sholihah berguna bagi nusa dan bangsa serta agamanya, juga berbakti pada kedua orang tuanya.
c.       Upacara kelahiran bayi
Upacara ini merupakan acara adat bagi setiap orang Islam dalam rangka menjalankan sunah Rosul serta rasa syukur terhadap karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT, berupa kelahiran anak, yang merupakan amanah yang perlu dijaga dan di rawat, dan di didik untuk menjadi generasi penerus yang dapat di andalkan.
d.      Upacara pernikahan dan khitan
Upacara pernikahan adalah upacara yang sakral yang merupakan kewajiban serta tuntunan dalam syariat Islam, dalam membina rumah tangga. Sedang upacara khitan merupakan tuntunan setiap muslim, yang sudah dilakukan sejak Nabi Ibrahim as hingga sekarang.
e.       Sedekah bumi
Sedekah Bumi merupakan upacara yang dilaksanakan dalam rangka mensyukuri nikmat Allah SWT karena tanaman-tanaman mereka baik ketela, aneka buah atau yang lainnya berhasil di panen dengan hasil yang memuaskan. Dengan menggelar acara Do’a bersama kemudian acara puncaknya ditampilkan Wayang Kulit semalam suntuk.

  1. DESKRIPSI KEGIATAN PENGABDIAN
1.      Pemberantasan buta Al-Quran
          Di sini, peserta melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat yang diidentifikasi masih belum bisa atau lemah dalam baca tulis al-Qur’an. Dalam program Pemberantasan Buta Aksara Al-Qur’an ini peserta KKN fokuskan untuk anak-anak yang di laksanakan di TPQ Al-Muslichun Gondosari Gebog. Adapun deskripsinya adalah sebagai berikut :
-          Jumlah murid : 203 anak (P=114, L=89)
-          Jumlah guru : 11 0rang
-          Bahan ajar : Yanbu’a
-          Materi ajar : baca tulis Al-Qur’an, hafalan surat-surat pendek, persholatan, dan do’a-do’a.
-          Terdiri dari delapan kelas : kelas 1-7 memakai jilid 1-7 dan kelas delapan memakai Al-qur’an.
-          Sistem pengajaran :     -15 menit klasikal
                                          -30 menit individu
                                          -15 menit klasikal
2.      Pemberdayaan lembaga keagamaan
Jam’iyyah merupakan salah satu bentuk perkumpulan yang diadakan oleh anggota masyarakat untuk mengamalkan serta melestarikan nilai-nilai islami yang ada di dalam masyarakat muslim.
3.      Bimbingan belajar
  1. ANALISIS
-          Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT
Hal ini dapat dilihat dari setiap kegiatan yangada pada jam’iyyah al-barjanji, diantaranya pembacaan simthuddurro, dan asmaul husna.
a.       Mempererat tali persaudaraan
Pertemuan rutin dalam jam’iyyah dapat mempererat rasa persaudaraan dansilaturahmi antar warga jama’ah.
b.      Mensyiarkan agama Islam (Dakwah)
c.       Mengenai ini terdapat dalam surat an-Nahl ayat 125 yang berbunyi : Menciptakan Ukhuwah Islamiyah
Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa setiap orang mukmin itu saudara. Dan semua saudara itu diibaratkan satu tubuh. Apabila salah satu sakit maka yang lainpun jugaikut sakit. Tertera pada Surat Al Hujurat ayat 10 :
d.      Melatih bersoalisasi
Setiap manusia diciptakan dengan karakter yang berbeda-beda punya ciri khas masing-masing dan dari situ kita sebagai makhluk sosial yang tidak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain untuk menjalin tali silaturahmi lewat perantara jam’iyyah al-barjanji sebagai wadah untuk kita berkumpul

e.       Memajukan pendidikan Islam (mencari/menggali ilmu Islam)
Hal ini sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur'an pada Al-Qur'an pada surat at-Taubah ayat 112 :
1.        Kurangnya antusias masyarakat terhadap jam’iyyah al Berjanji dimungkinkan karena jam’iyyah tersebut kurang menarik minat masyarakat setempat, jadi sedikit massa yang dapat terkoordinir
2.        Berjalannya suatu jam’iyyahan tergantung kepada ketua, mengalami kemajuan serta kemunduran sebuah organisasi ada dalam wewenang ketua karena ia mempunyai otoritas, disamping itu juga diperlukan struktur organisasi yang mau diajak melangkah untuk memajukan organisasi yang ditempati, agar bisa eksis di lingkungan masyarakat. Dalam hal ini status ketua hanya sebagai formalitas saja dikarenakan ketua ada di luar kota sulit untuk diajak komunikasi
A.    Solusi
Penulis menawarkan beberapa solusi atas problem-problem yang dirasakan jam’iyyah al-Berjanji tersebut, diantaranya:
  1. Agar sebuah organisasi itu menarik, maka perlu dikemas sebaik mungkin demi merekrut masa sebanyak-banyaknya. Contoh konkritnya: sering mengadakan agenda-agendatahunan seperti ziarah ke makam Walisongo atau mungkin dalam bersholawatan diiringi rebana
  2. Solusi yang penulis tawarkan dalam hal struktur kepengurusan jam’iyyah al Berjanji yang mengalami kerancuan, berupa diantaranya musyawarah mufakat untuk menetapkan suatu kesepakatan ataupun menyelesaikan suatu permasalahan berkenaan akan hal tersebut dan menjunjung tinggi kedudukan ketua (pemimpin)

Tekstual Menuju Pada Kontekstual
Seperti telah kita ikuti uraian tentang arti tekstual dengan penganut ulamanya yakni aliran   dhahiriyah dan kemudian kita ikuti pengertian kontekstual dengan penganutnya yakni baik aliran jumhur ahli ushul mutakallimin dan ulama Harafiyah. Kontekstual diartikan pada pengertian kontekstualnya satu pada dalil dengan dalil lainnya; termasuk pada urf,  kebiassan yang terjadi pada masyarakat maupun keadaan alamiyah manusia. Kata kontekstual pada era globalisasi ini oleh sebagian pakar diartikan  pada  pemikiran ajaran  Islam itu disesuaikan zamannya. Jadi pengembangan pemikiran keislaman kontekstual yang dilakukan ulama abad pertama sampai ke 7 Hijriyyah masih termasuk tekstual karena orientasinya masih kental mengacu pada toks. Sedang kontekstuat dalam pemikiran keislaman masa kini termasuk hukum, mestinya dihubungkan dengan  pemikiran filsafat dan fakta-fakta serta fenomena dalam masyarakat. Kita masih ingat  bertubi-tubi mantan Menteri Agama Dr. Munawir Sadzali (almarhum) menjelang disusunnya Kompilasi Hukum Islam memandang perlunya perubahan bagian waris anak perempuan sama dengan anak laki-laki dan bunga bank bukan riba. Hal ini didasarkan telah adanya emansipasi wanita (masalah gender) dan persamaan hak asasi serta ekonomi modern yang sangat memerlukan bank. Disebutnya berkali-kali pengembangan pemikiran demikian didasarkan pada dasar kontekstual, dan umumnya pemikiran alumni Universitas Barat demikian.
Dalam pemikiran filsafat interpretasi atau penafsiran terhadap sesuatu kalimat atau teks disebut hermeneutika. Yang singkatnya hermeneutika itu adalah teori tentang penafsiran. Yang di dunia Barat dilakukan terhadap kilab-kitab sucinya baik Taurat maupun Injil (Beybel). Di dunia Barat interpretasi dilakukan terhadap kitab suci mereka yang menurut teksnya tidak sesuai dengan fakta-fakta yang didapat berdasarkan hasil penetitian. Seperti hasil penelitian Galileo (abad 16-17 Masehi) bahwa matahari adalah pusat galaksi dan bumi bukanlah pusat tata surya itu. Hal ini bertentangan dengan pendapat gereja yang menyatakan bahwa  bumi  adalah pusat tata surya. Kemudian Galileo pada tahun 1633 dipaksa harus mencabut teorinya itu. Dalam kitab suci al-Qur’an hal seperti itu tidak terjadi karena ayat-ayat al-Qur'an masih murni belum ada yang dirubah dan kalau ada  yang nampak tidak adanya persesuaian dengan fakta dan kebenaran akal, maka dilakukan ta'wil, seperti kata yadullahu,  diartikan  pada  kekuasaan  bukan tangan.  Demikian pula  dalam pernyataan ayat yang menyatakan bahwa penciptaan bumi dan langit dalam enam hari pada surat al A'raf ayat 54  dan juga pada surat as Sajdah ayat 4 dan juga tersebut dalam beberapa surat yang lain. Pernyataan demikian harus dikontekstualkan dengan pernyataan ayat yang lain bahwa hari menurut ukuran alam yang lain seperti seribu tahun di dunia ini (tersebut dalam surat as Sajdah ayat 5) bahkan ada ayat lain yang menyatakan bahwa di alam lain ada yang ukuran satu hari itu sama dengan 50.000 tahun (tersebut dalam surat al Ma'arij ayat 4 apalagi bahwa Allah itu Maha Kuasa dapat menciptakan ciptaan-Nya menurut kehandak-Nya. Ayat seperti ini adalah ayat kauniyah yang bertalian dengan alam yang berproses secara evolusi dapat ditafsirkan dengan hasil penelitian. Penafsiran terciptanya alam ini secara proses jumlah waktunya tidak terbatas pada bilangan yang tersurat itu. Jumlah bilangan yang tersurat itu akan menunjukkan proses dan lamanya perkembangan sesuai dengan kejadiannya yang dapat diteliti oleh kemampuan otak manusia Lain halnya bilangan (adad) dalam ibadah maka bilangan waktu dalam ibadah itu tidak dapat ditafsir lain kecuali sejumlah bilangan itu seperti dalam ayat 196 surat al Baqarah:

Artinya: "Barang siapa yang tidak menemukan (qurban) atau tidak mampu maka wajb berpuasa tiga hari dalam masa haji dan 7 hari lagi apabila engkau telah pulang; itulah sepuluh hari yang sempurna.”
Pengembangan pemikiran tentang penafsiran teks al Qur'an menurut penulis bukanlah sesuatu yang mengejutkan dan mengherankan kalau dilakukan dengan seksama dan dengan metodologi yang benar. Juga dibuat kesimpulan yang benar tidak mencari-cari untuk justifikasi sesuai dengan keinginan yang belum tentu sesuai dengan kebenaran yang ada. Tegasnya dalam memahami teks wahyu hendaknya manusia memahami dulu maksud dari nash tesebut dan disesuaikan dengan kemashlahatan sesuai dengan zamannya. Hanya saja seperti tersebut dimuka harus dengan ijtihad dan metode yang benar,  jangan sampai mencapai mashlahah yang mulghah (sia-sia, tidak benar).
Pengembangan Pemikiran Tentang Ushul Fiqih
Ilmu ushul fiqih prinsipnya membicarakan tentang cara istimbath dan ijtihad merupakan metodologi terpenting yang ditemukan oleh dunia pemikiran Islam yang dulunya ada pada ilmu ushuluddin dan kemudian ada pada ilmu Fiqih. Sekarang akan diluaskan lagi menajadi metodologi dalam pemikiran Islam pada umumnya. llmu ini tidak dimiliki oleh umat lain. Sebenarnya, ilmu ini tidak hanya menjadi metodologi bagi hukum Islam, tapi dapat digunakan yang merupakan metodologi juga bagi seluruh pemikiran intelektual Islam.
Dalam perjalanan sejarah ilmu ini kitab ar Risalah karya asy Syafi'i dianggap rintisan pertama tentang ilmu ushul fiqih sekalipun prinsipnya ilmu ushul itu telah berlaku sejak shahabat. Ar Risalah yang penulisannya bercorak deduktif yang kemudian diikuti oleh para ahli ushul aliran mutakallimun (Syafi'iyyah,  Malikiyah dan Hanabilah). Disamping  itu ulama Hanafiyah memiliki cara  penulisan ushul yang bercorak induktif. Baik kitab-kitab ushul aliran mutakallimun, maupun aliran Hanafiyah memiliki kesamaan  paradigma yaitu  literalislik dalam arti begitu dominannya pembahasan tentang teks. Dalam hal ini teks berbahasa Arab, baik dari segi tata bahasa maupun artinya dan kurang memperhatikan pembahasan tentang maksud dasar dari wahyu yang ada dibalik teks. Paradigma ini berlangsung selama kurang lebih lima abad (dari abad ke 2 H sampai abad ke7 H) dan baru mengalami perbaikan dengan munculnya asy Syatibi pada abad ke 8 H yang menambahkan teori maqashid asy syari'ah yang  mengacu pada maksud Allah sebagai pembuat hukum (Syari'). Dengan demikian, ilmu ushul fiqih tidak lagi hanya terpaku pada literalisme teks. Kehadiran asy Syatibi tidak menghendaki penghapusan paradigma literal atau tekstual tapi ingin melengkapinya agar ilmu itu dapat lebih  sempurna dalam memahami perintah Allah.
Dalam perspeklif filsafal ilmu asy syatibi sebenarnya tidak melakukan pergeseran paradigma (paradigma shift), tapi lebih hanya melengkapi paradigma lama, agar tidak terlalu tekstual. Asy Syatibi tidak melakukan perubahan pada bangunan ilmu ushul fiqih, tetapi menambah kesempurnaannya, dengan kata lain, Asy Syatibi pun masih termasuk pemikir tekstual.
Enam abad kemudian, sumbangan asy Syatibi pada abad ke 8 H/14 M itu, direvitalisasikan oleh para pembaharu pemikiran Islam termasuk memperankan kembali  ruh ijtihad yang sebenarnya sudah ada dalam ushul fiqih, seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Abdul Wahab Khallaf, 'Allal al Fasi, dan Hasan Turabi. Karena tidak menawarkan teori baru kecuali merevitalisasi prinsip ijtihad dengan mempertegas  mashlahah yang  ditawarkan  asy  Syatibi  melalui teori maqashid-nya itu mereka belum termasuk pembaharuan dalam pemikiran keislaman. Kalau kita hubungkan dengan perkembangan masa kini, seperti dikategorikan oleh Wael B. Hallaq para pembaharu dibidang ushul  kelompok ini baru dapat dikategorikan sebagai  para pembaharu  penganut  aliran utilitarianisme, (pemberdayaan agama).
Pemikiran Liberalisme Perlu Kritik
Persoalannya bagaimanakah teks yang absolut dapat dipahami oleh fikiran manusia yang nisbi kemudian dijalankan dalam konteks dunia modern yang tidak lagi sama dengan konteks zaman Nabi yang masih serba sederhana. Sebagian pakar yang oleh WB. Hallaq disebut kelompok aliran liberalisme keagamaan seperti Abdullah Ahmed an Naim, Muhammad Said Asymawi, Fazlur Rahman, dan Muhammad Syahrur yang dapat disebut pembaharu dalam ushul pendapat bahwa permasalahan sekarang tidak dapat diselesaikan dengan berpijak pada prinsip mashlahah klasik hasil pemikiran ulama dahulu. Mereka beranggapan bahwa prinsip mashlahah klasik tidak memadai untuk membuat hukum  Islam mampu hidup di dunia modern. Karenanya perlu adanya pemikiran yang dapat menampung pemikiran yang konteks dengan masa modern ini yang disebut pemikir kontekstual. Karena pemikiran ini coraknya liberal dan cenderung membuang teori-teori ushul fiqh lama, maka disebut aliran liberal. Menurut WB. Hallaq upaya pembaharuan dibidang ushul dari kelompok ini dianggapnya lebih menjanjikan karena kelompok ini  dalam rangka membangun melodologinya ingin menghubungkan antara teks suci dengan realitas dunia modern lebih berpijak makna eksplisit teks untuk menangkap jiwa dan maksud luas dari teks.
Namun pembaharuan ushul oleh mereka yang disebut dengan kaum liberalis itu menimbulkan sejumlah kontroversi dan perdebatan. Tawaran itu hingga saat ini masih  ditanggapi oleh mayoritas ulama ushul secara  negatif bahkan penuh kecurigaan. Akar utama penyebab kontroversi itu adalah karena pemikiran mereka itu tidak memiliki  landasan kuat pada kerangka teoritik ilmu ushul yang telah ada sebelumnya. Seperti  mereka menggunakan teori mashlahah tetapi tidak memperhatikan bahwa mashlahah itu ada yang mulghah (yang harus dihindari) yakni mashlahah menurut pemikiran praktis tetapi bertentangan dengan nash yang jelas seperti membolehkan pernikahan wanita muslimah dengan laki-laki non muslim.
Dalam masalah muamalah dunyawiyah dan masalah kauniyah itu tidak akan banyak tentanga. Tetapi dalam masalah ibadah mahdhah pemikiran praktis akan sangat dapat tantangan keras seperti menafsirkan bebas aqimish shalaata li dzikri (dirikan shalat agar ingat pada-Ku), yang shalat menjadi kurang penting kalau sekiranya tanpa shalat orang sudah dapat mengingat Allah, dan sebagainya.

ringkasan alqiroah



ويرى انتفاوتها يرجع الى واحد من ثلاثة اسباب
 ١.         فاما ان تفاوتهما يرجع الى الغريرة التي يتوصل الى معرفتها
٢.        او ان تفاوتهما يرجع الى المدى نفعها للانسان          
٣ .         و ان تفاوتها يرجع الى المكان الذي تدرس فيه.       

Dikatakannya (Imam Ghazaly) bahwa perbedaan keutamaannya terletak pada salah satu diantara tiga sebab sebagai berikut:
1.Adakalanya perbedaan itu disebabkan oleh keutamaan insting (naluri) yang ada pada seseorang.
2.Perbedaannya terletak pada sejauh mana kegunaan ilmu itu bagi umat manusia.
3.Perbedaannya terletak pada tempat dipelajarinya.

ان الغزالي قسم العلوم  ورتبها حسب ضرورتها واهميتها للمتعلم, وحسب ما وضع لها من قيم مختلفة.
وهكذا يكون المنهج الدراسي الذي وضعه الغزالي منظما كالاتي حسب اهمية العلوم التي يشملها:
١.         اللمرتبة الاولى : القران الكريم وعلوم الدين كا لفقه والسنة, واللتفسير
٢.        المرتبة الثانية : علوم اللغة ( العربية ) والنحو, ومخارج الحروف والالفاظ, وهي علوم تخدم علوم الدين.
٣ .         المرتبة الثا لثة  : فروض الكفا ية وهي علوم الطيب, والحساب, والصنا عا ت المحتلفة بما فيها السياسة.
٤.      المرتبة الربعة : العلوم الثقافية كااشعر, والادبي, والتاريخ, وبعض فروع الفلسفة مثل الرياضيات, والمنطق، وبعض العلوم الطبية, التى لاتدخل فيما وراء الطبيعة, وعلم السياسة والخلقية.

Imam Ghazaly mengklasifikasikan dan menyusun ilmu sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bagi seorang murid dan sesuai dengan nilai-nilai yang berbda-beda yang terdapat dalam ilmu tersebut.
Dengan demikian metode pembelajaran yang diciptakan oleh Imam Ghazaly. Menurut tingkatan keutamaan cakupannya, tersusun sebagai berikut:
1.Tingkat pertama, Al-Qur’an dan ilmu-ilmu pengetahuan agama, seperti Fiqih, Sunnah, dan Tafsir.
2.Tingkat kedua, Ilmu bahasa Arab dan ilmu Nahwu serta ilmu makharijul huruf yang diabdikan kepada ilmu pengetahuan agama.
3.Tingkat ketiga, ilmu pengetahuan yang hukum mempelajarinya fardhu kifayah seperti ilmu kedokteran, matematika, dan ilmu perusahaan yang dibeda-bedakan antara satu dengan yang lain oleh managemen dan administrasinya.
4.Tingkatan keempat, ilmu kebudayaan seperti seni sastra, syair-syair, sejarah, logika dan sebagian ilmu kedokteran yang tidak termasuk dalam ilmu metafisika.
على ان هذه النزعة الواقعية النفعية هي التى تميز الفلسفة البراجماسية. وانه ليبدو عجيبا ان يكون لمثل هذا العالم الدينى المتصوف اتجاه عملي واقعي كهذا, وانما يمكن تعليل هذه الظاهرة بنبوغ الغزالى الفكرى, وسعة افقه. فلم يعمه التصوف, والتعبد عن ضروريات الحياة بنواحيها, وقد اهتم الغزالى فى اعداد منهجه بالعلوم الدينية والخلقية, كما اهتم بالعلوم الضرورية لحياة المجتمع, اي انه اهتم بالنواحى الواقعية فى الحياة, تلك التى لايستغنى عنها مجتمع ولا يستقيم بدونها, كما اكد الغزالى النواحى الثقافية, وبين ما فى العلم من متعة, ولذة, وبانه يجب ان يطلب لذاته.
Imam Ghazaly dalam mempersiapkan metodenya benar-benar memperhatikan ilmu Pengetahuan Agama dan Moral. Sebagaimana beliau juga memperhatikan ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, beliau sangat memperhatikan segi-segi faktual dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan masyarakat itu sendiri tidak akan tegak tanpa dia, sebagaimana halnya beliau juga mengokohkan segi-segi kebudayaan. Beliau menjelaskan manfaat dan kelezatan ilmu pengetahuan itu sendiri.
لكن الغزالى لم يعز العلوم الفنية, اوالجمالية اي اهتمام, على ان هذا يرجع بطبيعة الحال لتصوفه وتقشفه.
Namun Imam Ghazaly kurang memperhatikan Ilmu Kesenian maupun estetika. Hal itu kembali kepada pandangan hidupnya yang serba tasawuf serta sikapnya yang menjauhi kemewahan dan keindahan.

وان العلم يجب ان يقترن بالعلم بكيفية العمل, ثم العمل باخلاص واجتهاد, ولا ادل على ذلك من قوله: " الناس كلهم هلكى الاالعالمون, والعالمون كلهم الا العاملون والعاملون كلهم هلكى الا المخلصون".

Ilmu pengetahuan itu hendaknya harus dibarengi dengan petunjuk bagaimana cara mempraktekkannya, kemudian pengalamannya dengan ikhlas dan tekun. Tak ada dalil yang lebih jitu dalam hal ini selain ucapannya “Manusia itu seluruhnya akan punah kecuali orang-orang yang berilmu, dan orang-orang yang berilmu ini pun semuanya akan lenyap kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya itupun seluruhnya juga akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas dalam beramal”.


Rabu, 29 Mei 2013

upaya meningkatkan berbahasa indonesia di SD


UPAYA MENINGKATKAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR
Oleh : Siti Maria Ulfah / 111517-B


A. Pendahuluan
Kedudukan Bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun hubungan formal. Pemakaian Bahasa Indonesia sejak tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi menunjukkan kemantapan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Kita belum dapat mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam upaya meningkatkan mutu manusia Indonesia sebagai bekal hidup sekarang dan masa yang akan datang.
 Tujuan pendidikan bahasa Indonesia merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan pendidikan. Bahasa nasional merupakan alat utama dan pertama untuk membangun arus pemikiran yang jelas dan teliti. Jadi bahasa Indonesia tidak semata-mata alat komunikasi, tapi juga alat pokok fundamental dalam proses pendidikan khususnya di Sekolah Dasar.
Secara implisit tujuan bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, sikap dan motivasi penggunaan bahasa dalam masyarakat. Kenyataan di sekolah-sekolah banyak guru-guru yang menjumpai siswa-siswinya yang tidak mau memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan ada siswa yang malu menggunakan bahasa Indonesia karena ditertawakan teman-temannya.
B. Pembahasan
1) Hubungan Pembinaan dan Pengembangan
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan, keduanya memiliki hubungan saling mengisi dan merupakan proses yang berjalan sejajar. Tapi dalam kenyataannya penggunaan bahasa Indonesia ini tidak sejalan, untuk itulah penulis mencoba merumuskan adanya perbedaan sasaran, pada pembahasan selanjutnya ke dalam 3 masalah sebagai berikut :
1.      komponen-komponen yang berperan dalam pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
2.      faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengajaran bahasa Indonesia adalah tujuan, siswa, lingkungan (yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat).
3.      sarana (kurikulum, guru, metode, alat pengajaran dan evaluasi).
2) Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran pada dasarnya merupakan harapan, yakni apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pengajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa.[1] Jadi tujuan pengajaran harus dapat memberi gambaran secara jelas tentang bentuk perilaku yang diharapkan dimiliki.
Tujuan pengajaran harus mencakup tiga aspek yaitu : pemahaman, keterampilan dan sikap.[2] Secara operasional rumusan tujuan harus dapat dievaluasi sehingga dapat diketahui tujuan berhasil atau tidak. Murid adalah sebagai objek didik yang harus diperhatikan, karena bagi murid yang harus pandai berbahasa Indonesia akan mempengaruhi strategi pembelajaran di kelas. Bagi murid yang sudah mahir berbahasa Indonesia maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan cepat dapat dipahami murid. Lingkungan maksudnya, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat mempengaruhi bagi siswa.
3) Sarana
Sarana untuk proses pembelajaran yang menunjang keberhasilan suatu pembinaan pembelajaran adalah:
a. Kurikulum
Kurikulum adalah program belajar yang berisikan hasil belajar belajar yang
 diniati (diharapkan dimiliki siswa) dibawah tanggung jawab sekolah, untuk mencapai tujuan pendidikan.[3]
b. Guru
Seorang guru mempunyai fungsi yaitu memberi perangsang atau motivasi agar mau melakukan kegiatan belajar, mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu, memberikan dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Metode mengajar
Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.[4] Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan tumbuh berbagai kegiatan belajar anak didik dengan kegiatan mengajar guru.
d. Alat peraga dalam pengajaran
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik.[5]
e. Evaluasi
Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Yang penting dalam evaluasi bukan hanya untuk menentukan angka keberhasilan. Namun sebagai catu balik (feed back) bagi guru.
Semua komponen sarana pengajaran tersebut harus benar-benar menunjang pelaksanaan pembelajaran. Setelah komponen-komponen pengajaran itu diketahui barulah ditentukan strategi pelaksanaan pengajaran yang tepat.
Menurut Harimukti Kridalaksana pengajaran bahasa Indonesia yang akan mengajarkan anak terampil dan mahir dalam berbahasa Indonesia yang harus diartikan sebagai berikut:[6]
  • Mengenalkan ciri-ciri berbagai bahasa Indonesia baku maupun tidak baku.
  • Mengenalkan fungsi berbagai variasi bahasa Indonesia sehingga pengajaran bahasa Indonesia lebih relevan untuk anak didik.
  • Mengajar menggunakan bahasa Indonesia yang tepat untuk anak didik.
Sedangkan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan Sekolah Dasar, komponen-komponen yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah :
a). Proses pembinaan
Seorang guru harus mempunyai metode mengajar yang akan digunakan saat proses pembelajaran berlangsung agar anak didik mudah memahami apa yang diterangkan oleh gurunya. Metode mengajar dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan. Proses pembelajaran yang baik, hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu-membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya.
b). Evaluasi pembinaan
Evaluasi atau penilaian merupakan salah satu komponen sistem pengajaran yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dalam pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yaitu: dari segi tingkah laku, segi isi pendidikan, dan dari segi yang menyangkut proses pembelajaran itu sendiri.[7]
Ketiga sasaran pokok diatas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses pembelajaran itu sendiri secara adil.
c). Perangkat pembinaan
Penggunaan alat yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat, dapat membantu memperlancar proses pencapaian tujuan. Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Guru harus menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengna tujuan dan bahan pelajaran bahasa Indonesia yang hendak diajarkan.
Usaha-usaha yang dapat ditempuh dalam mengatasi masalah proses pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah dasar adalah sebagai berikut :[8]
1. Peranan guru bahasa Indonesia dalam pembinaan bahasa Indonesia. Contohnya pengajaran bahasa Indonesia guru dapat membimbing anak untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Disini guru harus kreatif dalam menampilkan materi-materi ajarannya, sehingga anak tidak bosan, khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia, guru harus bisa mengembangkan keempat aspek kebahasaan (mendengar, membaca, menulis, berbicara).
2. Pembinaan bahasa Indonesia dalam pengajaran di sekolah tidak hanya dalam Pelajaran bahsa Indonesia saja yang dapat melakukan pembinaan berbahasa Indonesia, tapi juga dapat dilakukan di semua mata pelajaran baik dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Semua peserta didik, pengajar maupun pegawainya diharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bila anak didik telah pandai berbahasa Indonesia yang baik dan benar maka proses belajar mengajar di sekolah akan lebih lancar dan materi-materi pelajaran akan mudah dipahami anak dan tujuan pembelajaran akan dicapai dengan optimal.
3. Menghilangkan rasa malu untuk selalu berbahasa Indonesia, dengan catatan tidak meninggalkan bahasa daerah setempat.
4. Menumbuhkan rasa cinta tanah air, yaitu dengan menggunakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
C. Kesimpulan
Proses pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi merupakan suatu masalah yang kita benahi khusus bagi guru-guru dan masyarakat pada umumnya. Ada beberapa komponen yang berperan dalam proses pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah antara lain: tujuan, murid, lingkungan (meliputi : lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat) dan sarana (meliputi : kurikulum, guru, metode, alat pembelajaran dan evaluasi).
Dalam proses pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah, kita harus tahu faktor-faktor penunjang keberhasilan pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan Sekolah Dasar, seperti siswa yang dibina, proses pembinaan, hasil pembinaan, keadaan siswa yang akan dibina baik latar belakang maupun sosial ekonominya. 
Usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk mengatasi proses pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan Sekolah Dasar adalah :
Ø  Pembinaan bahasa Indonesia dalam pelajaran Bahasa Indonesia
Ø  Pembinaan bahasa Indonesia pada mata pelajaran lainnya
Ø  Membiasakan atau membudayakan berbahasa Indonesia di lingkungan sekolah
Ø  Menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, Moch, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1984
2. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989
3. http// upaya-upaya pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dasar/com/
4. http:// id.answer.yahoo.com/ question/ index.
5. http:// cara pembelajaran disekolah dasar.upaya-upaya//com.



[1] Moch. Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm.21
[2] http:// cara pembelajaran disekolah dasar.upaya-upaya//com.
[3] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm. 3
[4] Ibid, hlm. 76
[5] Ibid, hlm.99
[6] http:// id.answer.yahoo.com/ question/ index.
[7] Moch. Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm.65
[8] http// upaya-upaya pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dasar/com/