Rabu, 29 Mei 2013

upaya meningkatkan berbahasa indonesia di SD


UPAYA MENINGKATKAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SEKOLAH DASAR
Oleh : Siti Maria Ulfah / 111517-B


A. Pendahuluan
Kedudukan Bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun hubungan formal. Pemakaian Bahasa Indonesia sejak tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi menunjukkan kemantapan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional. Kita belum dapat mempergunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam upaya meningkatkan mutu manusia Indonesia sebagai bekal hidup sekarang dan masa yang akan datang.
 Tujuan pendidikan bahasa Indonesia merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan pendidikan. Bahasa nasional merupakan alat utama dan pertama untuk membangun arus pemikiran yang jelas dan teliti. Jadi bahasa Indonesia tidak semata-mata alat komunikasi, tapi juga alat pokok fundamental dalam proses pendidikan khususnya di Sekolah Dasar.
Secara implisit tujuan bahasa Indonesia adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan, sikap dan motivasi penggunaan bahasa dalam masyarakat. Kenyataan di sekolah-sekolah banyak guru-guru yang menjumpai siswa-siswinya yang tidak mau memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahkan ada siswa yang malu menggunakan bahasa Indonesia karena ditertawakan teman-temannya.
B. Pembahasan
1) Hubungan Pembinaan dan Pengembangan
Pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia tidak dapat dipisahkan, keduanya memiliki hubungan saling mengisi dan merupakan proses yang berjalan sejajar. Tapi dalam kenyataannya penggunaan bahasa Indonesia ini tidak sejalan, untuk itulah penulis mencoba merumuskan adanya perbedaan sasaran, pada pembahasan selanjutnya ke dalam 3 masalah sebagai berikut :
1.      komponen-komponen yang berperan dalam pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.
2.      faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengajaran bahasa Indonesia adalah tujuan, siswa, lingkungan (yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat).
3.      sarana (kurikulum, guru, metode, alat pengajaran dan evaluasi).
2) Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran pada dasarnya merupakan harapan, yakni apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F Meager memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pengajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa.[1] Jadi tujuan pengajaran harus dapat memberi gambaran secara jelas tentang bentuk perilaku yang diharapkan dimiliki.
Tujuan pengajaran harus mencakup tiga aspek yaitu : pemahaman, keterampilan dan sikap.[2] Secara operasional rumusan tujuan harus dapat dievaluasi sehingga dapat diketahui tujuan berhasil atau tidak. Murid adalah sebagai objek didik yang harus diperhatikan, karena bagi murid yang harus pandai berbahasa Indonesia akan mempengaruhi strategi pembelajaran di kelas. Bagi murid yang sudah mahir berbahasa Indonesia maka guru akan lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran dan cepat dapat dipahami murid. Lingkungan maksudnya, lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat sangat mempengaruhi bagi siswa.
3) Sarana
Sarana untuk proses pembelajaran yang menunjang keberhasilan suatu pembinaan pembelajaran adalah:
a. Kurikulum
Kurikulum adalah program belajar yang berisikan hasil belajar belajar yang
 diniati (diharapkan dimiliki siswa) dibawah tanggung jawab sekolah, untuk mencapai tujuan pendidikan.[3]
b. Guru
Seorang guru mempunyai fungsi yaitu memberi perangsang atau motivasi agar mau melakukan kegiatan belajar, mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu, memberikan dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Metode mengajar
Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran.[4] Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan tumbuh berbagai kegiatan belajar anak didik dengan kegiatan mengajar guru.
d. Alat peraga dalam pengajaran
Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran, peranan alat bantu atau alat peraga memegang peranan penting sebab dengan adanya alat peraga ini bahan dapat dengan mudah dipahami oleh anak didik.[5]
e. Evaluasi
Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Yang penting dalam evaluasi bukan hanya untuk menentukan angka keberhasilan. Namun sebagai catu balik (feed back) bagi guru.
Semua komponen sarana pengajaran tersebut harus benar-benar menunjang pelaksanaan pembelajaran. Setelah komponen-komponen pengajaran itu diketahui barulah ditentukan strategi pelaksanaan pengajaran yang tepat.
Menurut Harimukti Kridalaksana pengajaran bahasa Indonesia yang akan mengajarkan anak terampil dan mahir dalam berbahasa Indonesia yang harus diartikan sebagai berikut:[6]
  • Mengenalkan ciri-ciri berbagai bahasa Indonesia baku maupun tidak baku.
  • Mengenalkan fungsi berbagai variasi bahasa Indonesia sehingga pengajaran bahasa Indonesia lebih relevan untuk anak didik.
  • Mengajar menggunakan bahasa Indonesia yang tepat untuk anak didik.
Sedangkan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan Sekolah Dasar, komponen-komponen yang mempengaruhi keberhasilan pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah :
a). Proses pembinaan
Seorang guru harus mempunyai metode mengajar yang akan digunakan saat proses pembelajaran berlangsung agar anak didik mudah memahami apa yang diterangkan oleh gurunya. Metode mengajar dapat ditetapkan oleh guru dengan memperhatikan tujuan dan bahan. Proses pembelajaran yang baik, hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian atau saling bahu-membahu satu sama lain. Masing-masing metode ada kelemahan serta keuntungannya.
b). Evaluasi pembinaan
Evaluasi atau penilaian merupakan salah satu komponen sistem pengajaran yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang dirumuskan dalam pembelajaran dapat tercapai atau tidak. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yaitu: dari segi tingkah laku, segi isi pendidikan, dan dari segi yang menyangkut proses pembelajaran itu sendiri.[7]
Ketiga sasaran pokok diatas harus dievaluasi secara menyeluruh, artinya jangan hanya menilai segi penguasaan materi semata-mata, tetapi juga harus menilai segi perubahan tingkah laku dan proses pembelajaran itu sendiri secara adil.
c). Perangkat pembinaan
Penggunaan alat yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang tepat, dapat membantu memperlancar proses pencapaian tujuan. Dalam menggunakan alat peraga hendaknya guru memperhatikan sejumlah prinsip tertentu agar penggunaan alat peraga tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Guru harus menentukan jenis alat peraga dengan tepat, artinya sebaiknya guru memilih terlebih dahulu alat peraga manakah yang sesuai dengna tujuan dan bahan pelajaran bahasa Indonesia yang hendak diajarkan.
Usaha-usaha yang dapat ditempuh dalam mengatasi masalah proses pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah dasar adalah sebagai berikut :[8]
1. Peranan guru bahasa Indonesia dalam pembinaan bahasa Indonesia. Contohnya pengajaran bahasa Indonesia guru dapat membimbing anak untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Disini guru harus kreatif dalam menampilkan materi-materi ajarannya, sehingga anak tidak bosan, khususnya dalam pelajaran bahasa Indonesia, guru harus bisa mengembangkan keempat aspek kebahasaan (mendengar, membaca, menulis, berbicara).
2. Pembinaan bahasa Indonesia dalam pengajaran di sekolah tidak hanya dalam Pelajaran bahsa Indonesia saja yang dapat melakukan pembinaan berbahasa Indonesia, tapi juga dapat dilakukan di semua mata pelajaran baik dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Semua peserta didik, pengajar maupun pegawainya diharuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bila anak didik telah pandai berbahasa Indonesia yang baik dan benar maka proses belajar mengajar di sekolah akan lebih lancar dan materi-materi pelajaran akan mudah dipahami anak dan tujuan pembelajaran akan dicapai dengan optimal.
3. Menghilangkan rasa malu untuk selalu berbahasa Indonesia, dengan catatan tidak meninggalkan bahasa daerah setempat.
4. Menumbuhkan rasa cinta tanah air, yaitu dengan menggunakan bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
C. Kesimpulan
Proses pembinaan bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi merupakan suatu masalah yang kita benahi khusus bagi guru-guru dan masyarakat pada umumnya. Ada beberapa komponen yang berperan dalam proses pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah antara lain: tujuan, murid, lingkungan (meliputi : lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat) dan sarana (meliputi : kurikulum, guru, metode, alat pembelajaran dan evaluasi).
Dalam proses pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah, kita harus tahu faktor-faktor penunjang keberhasilan pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan Sekolah Dasar, seperti siswa yang dibina, proses pembinaan, hasil pembinaan, keadaan siswa yang akan dibina baik latar belakang maupun sosial ekonominya. 
Usaha-usaha yang dapat ditempuh untuk mengatasi proses pembinaan bahasa Indonesia di lingkungan Sekolah Dasar adalah :
Ø  Pembinaan bahasa Indonesia dalam pelajaran Bahasa Indonesia
Ø  Pembinaan bahasa Indonesia pada mata pelajaran lainnya
Ø  Membiasakan atau membudayakan berbahasa Indonesia di lingkungan sekolah
Ø  Menumbuhkan rasa cinta tanah air dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, Moch, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1984
2. Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989
3. http// upaya-upaya pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dasar/com/
4. http:// id.answer.yahoo.com/ question/ index.
5. http:// cara pembelajaran disekolah dasar.upaya-upaya//com.



[1] Moch. Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm.21
[2] http:// cara pembelajaran disekolah dasar.upaya-upaya//com.
[3] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm. 3
[4] Ibid, hlm. 76
[5] Ibid, hlm.99
[6] http:// id.answer.yahoo.com/ question/ index.
[7] Moch. Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1984, hlm.65
[8] http// upaya-upaya pembinaan bahasa Indonesia di sekolah dasar/com/

filsafat kita


Urgensi Pendidikan Bahasa Arab Bagi Pendidik dan Terdidik
I.Pendahuluan
Bahasa adalah alat terpenting bagi manusia, dilihat dari fungsinya bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia sehari-hari, baik individu dengan individu, individu dengan masyarakat dan masyarakat dengan bangsa tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, kita dapat mengetahui betapa pentingnya peranan bahasa dalam kehidupan masyarakat.
Di dunia banyak sekali bahasa yang perkembangannya luas melampaui asal bahasa tersebut. Salah satunya bahasa arab, dimana bahasa Arab dikenal sebagai bahasa agama karena kedudukannya sebagai bahasa al-Qur’an dan hadits. Selain sebagai bahasa media ajaran Islam, bahasa Arab juga telah berjasa dalam menjunjung tinggi sains dan teknologi, memperkaya khazanah budaya nasional dan media perubahan politik internasional yang semakin menampakkan peranannya sekarang ini.
Dengan melihat keistimewaan yang dimiliki bahasa arab sebagai bahasa al-Qur’an, hadits serta kitab-kitab lainnyamaka orang Islam harus berusaha mempelajarinya dengan baik. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka untuk memahami hukum ajaran agama Islam yang menjadi pedoman hidupnya. Keutuhan bahasa Arab merupakan bahasa yang kaya dengan keindahan bahasanya bisa dipertahankan apabila umat Islam mau mempelajari, memahami, dan mendalami bahasa arab seutuhnya.
Disinilah pengetahuan akan bahasa Arab memegang peranan yang sangat penting untuk lebih memahami ajaran-ajaran agama Islam guna ditransfer kebenak masyarakat awam khususnya ke benak siswa yang kritis.[1] Oleh karena itu pembelajaran bahasa Arab juga menuntut kecerdasan setiap guru untuk memahami aspek yang berkaitan dengan hasil pembelajaran, yakni dengan menciptakan teknik-teknik baru dalam pembelajaran bahasa Arab agar siswa menjadi lebih aktif, terampil, mampu menguasai dan mahir dalam bahasa Arab. 
Adapun tujuan mempelajari bahasa Arab adalah :
1.Supaya paham dan mengerti apa yang dibaca dalam salat dan pemahaman yang mendalam
2.Agar memahami makna dan kandungan al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup
3.Agar memahami agama Islam dalam kitab-kitab karangan para ulama’ seperti tafsir, fiqih dan lain sebagainya
4.Agar mampu mengaplikasikan bahasa Arab dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, bahasa Arab mutlak harus dikuasai oleh mereka yang ingin mempelajari Islam secara komprehensif. Begitupun juga seorang guru. Ia harus mempunyai keahlian dibidang bahasa Arab itu sendiri, terlebih seorang pendidik bahasa Arab. Untuk lebih jelasnya, akan dibahas didalam pembahasan makalah ini.
II.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
  1. Apa pengertian dari pendidikan bahasa Arab? Apa saja fungsi dan kedudukan istimewa dari bahasa Arab?
  2. Bagaimana caranya menjadi guru bahasa Arab yang professional? Apa saja teknik metode yang digunakan dalam pengajaran bahasa Arab?











III.Pembahasan
A.Pengertian Pendidikan Bahasa Arab, Fungsi, dan Kedudukannya
Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial penting yang berfungsi untuk mentransformasikan keadaan yang lebih baik.[2] Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia.  Sedangkan bahasa Arab adalah bahasa tertua yang masih hidup didunia yang hingga saat ini belum mengalami perubahan.
Bahasa Arab merupakan bahasa agama Islam dan kaum muslimin sejak kemunculan agama tersebut di dunia Arab. Bahasa Arab sepanjang 14 abad lamanya merupakan tempat bagi peradaban Islam di belahan dunia Tmur dan Barat.[3]
Perkembangan bahasa Arab di dunia islam dan negara-negara yang berpenduduk muslim seperti Indonesia selama ini, tidak diragukan karena termotivasi oleh kebutuhan kaum muslimin untuk memahami dan memperdalam agama mereka. Sehingga bahasa Arab di Indonesia khususnya, diajarkan dan dijadikan sebagai bidang studi pokok di lembaga-lembaga pendidikan islam, baik formal maupun informal, dan sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Kedudukan istimewa yang dimiliki oleh bahasa Arab diantara bahasa-bahasa lain didunia karena ia berfungsi sebagai bahasa al-Qur’an dan hadits serta kitab-kitab lainnya. Sementara Abdul Hamid bin Yahya dalam al-Hasymiy berkata : aku mendengar Syu’bah berkata : Pelajarilah bahasa Arab karena bahasa Arab itu akan menambah ketajaman daya nalar.[4]
Perguruan tinggi agama yang tidak mementingkan bahasa Arab itu tidak rasional. Orang yang menguasai bahasa Arab sangat mudah untuk mengajarkan semua cabang ilmu agama. Sebaliknya, alumni perguruan tinggi agama yang bahasa arabnya sangat minim, akan tidajk efektif dalam pelaksanaan tugasnya, sebagai guru agama. Seperti kata pepatah : “ those who have nothing can give nothing “ yang artinya, mereka yang tidak punya apa-apa, tidak bisa memberi apa-apa.
Bahasa Arab sebagai bahasa perhubungan antar umat Islam sebagai bahasa agama yang diperlukan untuk berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia Islam. Juga, untuk mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari perkembangan ilmu pengetahuan agama untuk kepentingan pembangunannusa dan bangsa, serta untuk memungkinkan para siswa sekolah  agama, terutama pada tingkat perguruan tinggi, memanfaatkan buku-buku dan bahan-bahan kepustakaan lainnya yang tertulis dalam bahasa Arab.
Selain  itu, bahasa Arab dibutuhkan pula untuk kepentingan kepariwisataan.[5] Oleh karena itu, peserta didik diharapkan memiliki pengetahuan bahasa Arab sedemikian rupa sehingga ia dapat menguasai bahasa Arab dengan sepenuhnya.
Bahasa Arab juga merupakan kebutuhan yang amat urgen dan banyak manfaatnya bagi umat islam disetiap masa dan generasi dan menjadi media untuk mewariskan budaya dan peradaban Islam kepada generasi penerus. Al fauzan menyebutkan  hal-hal mengenai pentingnya pembelajaran bahasa Arab :
1. Bahasa Arab merupakan bagian dari agama
2. Pengetahuan tentang bahasa arab akan menjaga kemudahan dalam hidup
3. Ia merupakan simbol identitas islam bagi pemeluknya
4. Kejayaan bahasa Arab akan memebawa kemuliaan Islam dan umatnya
5. Bahasa arab menjadi perekat paling kuat antara umat Islam
6. Pembelajaran bahasa Arab merupakan media terpenting dalam rangka melestarikan budaya dan peradaban Islam[6]
Kesan bahwa belajar bahasa Arab itu sangat sulit, sukar dan ruwet, sehingga membingungkan sebenarnya tidak perlu terjadi manakala disajikan secara metodologis. Pada dasarnya, kemampuan berbahasa Arab adalah merupakan malakah (ketrampilan) seperti petukang, menjahit, dll. Proses belajar bahasa Arab untuk mencapai malakah berbahasa Arab adalah :
a. Menghafalkan ucapan-ucapan orang Arab melalui ungkapan-ungkapan yang berasal dari al-Qur’an, hadits, dll.
b. Mengucapkan kalimat-kalimat dengan bahasa Arab untuk menyatakan pikiran-pikiran sesuai dengan tata bahasa arab yang baku.
c. Memperbanyak hafalan ungkapan-ungkapan berbahasa Arab dan mengulang-ulang bacaannya secara kuat dan menancap.
d. Selalu melakukan dialog / interaksi dengan orang-orang arab supaya dapat menyesuaikan dengan keadaan dan perasaan berabahasa.
B. Menjadi Guru Bahasa Arab yang Profesional
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin tahu akan ditekuni oleh seseorang.[7] Jadi, professional adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru merupakan pendidik dan pengajar yang menyentuh kehidupan pribadi siswa. Guru sebagai jabatan professional memerlukan keahlian khusus karena sebagai suatu profesi, guru harus memiliki professional. Adapun syaratnya yaitu termasuk mampu menguasai bidang yang ditekuninya.[8]
Guru professional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu, dirinya adalah pribadi yang di panggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
Seorang guru professional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain:
  • Memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai
  • Memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya
  • Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya
  • Mempunyai jiwa kreatif dan produktif
  • Mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus-menerus melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar dan semacamnya.[9]
Secara lebih rinci tujuan pengajaran bahasa Arab adalah : agar sisiwa dapat memahami al-Qur’an dan hadits sebagai sumber hukum dan ajaran Islam, dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan yang ditulis dalam bahasa Arab, supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab, digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain, untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar opicsional.
Menjadi seorang pendidik (guru) pendidikan bahasa Arab harus mempunyai kemampuan dan keahlian dalam menguasai bahasa Arab. Ia harus mengetahui beberapa hal yang harus ia perhatikan yaitu masalah metode apa yang ia ajarkan dan yang cocok untuk muridnya.
Ada banyak metode khusus pengajaran bahasa Arab yang dirumuskan para ahli dengan berbagai model dan uraiannya. Abu Bakar Muhammad menyebutkan enam macam metode pengajaran bahasa Arab, yaitu:
a)      Metode al Mutala’ah (memahami) adalah cara menyajikan pelajaran bahasa Arab melalui membaca bait dengan bersuara maupun membaca dalam hati, sesuai dengan tanda-tanda baca, tebal tipisnya bacaan dan lain sebagainya.
b)     Metode al Imla’ (dikte) adalah metode pengajaran bahasa Arab dengan dikte atau menulis materi pelajaran yang dibacakan oleh guru, dan bisa juga guru menulis dipapan tulis pada buku tulisnya.
c)      Metode al Muhadasah (bercakap-cakap) adalah cara menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, baik antara guru dengan muridnya , murid dengan murid, smabil memperkaya perbendaharaan kosa kata yang semakin banyak.
d)     Metode al Insya’ (menyusun kalimat) adalah cara menyajikan bahan pelajaran dengan menyuruh siswa mengarang dalam bahasa Arab, untuk mengungkapkan perasaan, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya.
e)      Metode al Mahfuzat (menghafal kata-kata) adalah cara menyajikan materi pelajaran bahasa Arab dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafalkan kalimat-kalimat syair, cerita, kata-kata hikmah.
f)       Metode al Qowaid (tata bahasa) adalah cara belajar yang menitik beratkan dan mengutamakan materi tata bahasa (nahw-sorof) daripada yang lain.[10]
Uraian tentang metode pengajaran bahasa Arab diatas, dapat kita pahami bahwa masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, sebaiknya dalam pemilihan metode, seorang guru harus memperhatikan perkembangan murid dalam mempelajari bahasa Arab.
Penggunaan bahasa dalam pengembangan bahan ajar berkaitan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan  kalimat efektif dan penyusunan paragraph yang bermakna. Bahasa Arab yang digunakan dalam bahan ajar adalah Bahasa Arab Fusha atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes.
Hal ini dikarenakan bahan ajar yang baik seharusnya mampu mendorong dan memotivasi siswa untuk membaca, mengerjakan tugas-tugas, serta dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk melakukan ekplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya.[11]
Secara lebih praktis pembelajaran bahasa Arab, prosesnya menurut Azhar Arsyad adalah sebagai berikut :
1. Persiapan. Seorang guru harus mempersiapkan materi opic bahasan, tujuan yang hendak dicapai dan teknik serta taktik yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
2. Berbahasa Arab di kelas
3. Tidak pindah bahasan sebelum siswa betul-betul mantap
4. Jadikan buku sebagai media untuk mempermudah tugas guru. Oleh seab itu, semua instruksi harus berasal dari guru
5. Berikan banyak tamrinat (latihan)
6. Melatih siswa bertanya dengan bahasa arab. Seperti kata tanya istifham
7. Berikan semangat agar mereka memiliki keberanian berbicara, menulis, mendengarkan, membaca dengan bahasa Arab
8.  Ciptakan suasana yang menyenangkan agar siswa tidak bosan dengan pelajaran bahasa Arab.[12]
Ada beberapa faktor yang dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran bahasa Arab yaitu :
  • Fasilitas fisik yang meliputi ruang kelas yang memadai, ruang tata usaha, ruang pengajar dan perpustakaan
  • Teks book yang sesuai dengan tujuan dan metode pengajaran yang telah direncanakan
  • Guru / pengajar yang berkualitas, yakni mereka yang telah lulus program latihan, penataran / pendidikan khusus bahasa Arab
  • Tujuan yang jelas dalam program pembelajaran harus digariskan secara tegas, dan dapat dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Arab
  • Lingkungan yang menyenangkan baik berupa lingkungan pergaulan sikap mental masyarakat sekitar dan lingkungan tempat / fisik yang nyaman
  • Manajemen penyelenggaraan yang professional (yang berupa pembagian tugas dan jadwal pembelajaran yang terkoordinasi secara baik).

IV. Kesimpulan
Bahasa Arab sebagai bahasa perhubungan antar umat Islam sebagai bahasa agama yang diperlukan untuk berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia Islam. Orang yang menguasai bahasa Arab sangat mudah untuk mengajarkan semua cabang ilmu agama. Sebaliknya, alumni perguruan tinggi agama yang bahasa arabnya sangat minim, akan tidajk efektif dalam pelaksanaan tugasnya, sebagai guru agama. Seperti kata pepatah : “ those who have nothing can give nothing “ yang artinya, mereka yang tidak punya apa-apa, tidak bisa memberi apa-apa.
Untuk menjadi guru bahasa Arab yang professional, maka dibutuhkan penguasaan materi bahasa Arab. Ia harus mengetahui beberapa hal yang harus ia perhatikan yaitu masalah metode apa yang ia ajarkan dan yang cocok untuk muridnya.
V. Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 2003. Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Daryanto. 2010. Belajar dan Mengajar. Bandung. Yrama Widya.
Hamid, Abdul, dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, dan Media. Yogyakarta. Sukses Offset.
Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Mufid, Fathul. 2010. Materi dan Pembelajaran Bahasa Arab di Mts / MA. Kudus. Nora Media Enterprise.
Mutholib, Abdul. 2009. Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (teori dan praktik). Kudus. STAIN.
Priatna, Tedi. 2004. Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam. Bandung. Pustaka Bani Quraisy.


[1] Azhar Arsyad, Bahasa Arab & Metode Pengajarannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003,hlm. 7
[2] Tedi Priatna, Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2004, hlm.25
[3] Abdul Mutholib, Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (teori dan praktik), STAIN, Kudus, 2009, hlm. 1
[4] Azhar Arsyad, Bahasa Arab & Metode Pengajarannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hlm 7
[5] Abdul Hamid, dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi dan Media, Sukses Offset, Yogyakarta, 2008, hlm. 156
[6] Fathul Mufid, Materi dan Pembelajaran Bahasa Arab di Mts / MA, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010, hlm. 19
[7] Kunandar, Guru Profesional Implementasi kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm. 45
[8] Daryanto, Belajar dan Mengajar, Yrama Widya, Bandung, 2010, hlm. 203
[9] Ibid, hlm. 46
[10] Fathul Mufid, Materi dan Pembelajaran Bahasa Arab di Mts / MA, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010, hlm.35-36
[11] Abdul Hamid dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, dan Media, Sukses Offset, Yogyakarta, 2008, hlm. 107
[12] Fathul Mufid, Materi dan Pembelajaran Bahasa Arab di Mts / MA, Nora Media Enterprise, Kudus, 2010 hlm. 20-22